Tanpa diragukan lagi pembahasan
tentang Imam Mahdi a.s. telah tertera di pelbagai sumber dan literatur Islam. Rasulullah
Saw sendiri yang mengajarkan hal tersebut. Imam Ali a.s. dan para imam yang
lain juga tidak ketinggalan, mereka senantiasa menyinggung pembahasan yang
satu ini dan mengulang-ulanginya. Para ulama dan pemuka sekte-sekte Islam
sepanjang sejarah juga satu demi satu di segenap penjuru negeri Islam telah
menulis dan menyusun buku yang tidak sedikit jumlahnya.
Dengan pelbagai hal tersebut
apakah dapat dibayangkan topik dan pembahasan yang begitu populer dan urgen ini
tidak tertera dalam kitab suci Al-Quran? Jawabannya tentu tidak. Pasti
pembahasan semacam ini telah terdapat di dalamnya.
Al-Quran dalam bentuk
singgungan atau bahkan secara gamblang telah menjelaskan peristiwa dan kejadian
yang nantinya akan terjadi di akhir zaman; seperti kemenangan kaum mukmin atas musuh-musuh
mereka. Menurut para mufasir ayat-ayat semacam ini misdaqnya adalah munculnya pemerintahan
Imam Mahdi a.s. di akhir zaman.
Al-hasil, para mufasir kontemporer
menghitung dan mentahqiq jumlah ayat-ayat yang berkaitan dengan beliau a.s dan
mereka mendapatkan ayat-ayat yang tidak sedikit. Akan tetapi perlu
diperhatikan bahwa metode mereka dalam pencarian tersebut mencakup ayat-ayat
yang secara gamblang menjelaskan permasalahan Mahdawiyah dan yang lain, atau
ayat-ayat di mana para mufasir karena satu dan lain hal menyebut dalam
tafsirnya riwayat atau pembahasan tentang Mahdawiyah.
Pada kesempatan ini, kita akan
membawakan 7 ayat saja yang memiliki indikasi yang jelas terhadap permasalahan Mahdawiyah.
Ayat pertama
وَ
لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها
عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( انبيا 105)
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya kami telah
menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku
yang saleh.”(Anbiya’; 105)
Imam Muhammad Al-Baqir a.s.
bersabda:” hamba-hamba Allah yang akan menjadi pewaris bumi -yang tersebut
dalam ayat- adalah para sahabat Al-Mahdi a.s. yang akan bangkit di akhir
zaman.”
Syekh Thabrisi setelah menukil
riwayat ini mengatakan, terdapat sebuah hadis nabi yang diriwayatkan oleh
Syi’ah dan Ahli sunah yang menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam Al-Baqir
a.s. di atas. Hadis tersebut mengatakan, “Jika usia dunia sudah tidak
tersisa lagi kecuali tinggal sehari, maka Allah SWT akan memanjangkan hari
tersebut sehingga seorang yang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan
memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman
dan kelaliman.” Imam Abu bakar, Ahmad bin Husain Al-Baihaqi dalam buku al-Ba’tsu
wa Nutsur telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini.[1]
Dalam kitab Tafsir Ali bin
Ibrahim berkaitan dengan ayat yang berbunyi “Kami telah menulis di Zabur
setelah Dzikr…” dijelaskan bahwa semua kitab-kitab yang berasal dari langit
disebut dengan Dzikr. Sedang maksud dari dunia akan diwarisi oleh para
hamba-hamba yang saleh adalah Al-Qaim a.s. dan para pengikutnya.[2]
Ayat kedua
وَ
نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ
نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ.
Kami menginginkan untuk
menganugerahkan kepada mereka yang tertindas di bumi, dan akan Kami jadikan mereka
para pemimpin dan pewaris dunia.(Qashash; 5)
Sesuai dengan beberapa ungkapan
Imam Ali a.s. di dalam Nahjul balagah serta sabda para Imam yang lain,
ayat ini berkaitan dengan Mahdawiyah. Dan sesungguhnya kaum tertindas yang
dimaksud adalah para pengikut konvoi kebenaran yang terzalimi yang akhirnya kendali
dunia akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di
akhir zaman.[3]
Syekh Shaduq dalam kitab Amalinya menukil sabda Imam Ali a.s.
yang berbunyi:”ayat ini berkaitan dengan kita”.[4]
Ayat Ketiga
يا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ
يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ
لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ...
Hai orang- orang yang beriman,
barang siapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, bersikap
keras terhadap orang- orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak
takut kepada celaan orang yang suka mencela...(Al-Maidah;
54)
Dalam tafsir Ali bin Ibrahim
disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Al-Qaim dan para pengikutnya,
merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekali tidak takut terhadap
apapun”.[5]
Ayat Keempat
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ
لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ
بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ.
Allah SWT menjanjikan
orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka (pasti)
akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah
menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan
menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi
keamanan.(Nur; 56)
Syekh Thabarsi mengatakan:”dari
para Imam Ahlul bait a.s. diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi
keluarga Muhammad Saw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali
Zainal Abidin a.s. bahwa beliau membaca ayat di atas. Setelah itu beliau
bersabda:”sumpah demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita,
dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi umat ini.
Dialah orang yang disebut-sebut oleh Rasul Saw, jika usia dunia sudah tidak
tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut
sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti
namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang
lain seperti dari imam Muhammad Baqir a.s. dan imam Ja’far Shadiq a.s.”.
Aminul Islam Syekh Thabarsi
mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentang ayat ini dengan penjelasan berikut
ini:” mengingat agama Islam belum tersebarnya ke seluruh penjuru dunia, maka
pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal
tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi. Dan kita
ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.”[6]
Ayat Kelima
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدى وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ
لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah Zat yang yang telah
mengutus rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia
menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik
tidak menginginkannya.(At-Taubah; 33)
Dalam kitab tafsir Kasyful
Asyrar karya Rasyiduddin Mibudi disebutkan: Rasul dalam ayat
tersebut adalah baginda nabi Muhammad Saw, sedang hidayah yang dimaksud dari
ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam.
Allah SWT akan memenangkan agama (Islam) ini atas agama-agama yang lain,
artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah
mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan
datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul Saw
pada suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam,
ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia
tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi,
Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan
dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga
dengannya. Di masanya, hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali
akan turun menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi
kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu
sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluarganya yang
telah meninggal dunia kembali lagi...[7]
Ayat Keenam
وَ
مَنْ قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ جَعَلْنا لِوَلِيِّهِ سُلْطاناً فَلا يُسْرِفْ فِي
الْقَتْلِ إِنَّهُ كانَ مَنْصُوراً
Barangsiapa terbunuh secara
mazdlum, maka kita akan jadikan ahli warisnya sebagai pemimpin, oleh karena itu
hendaknya tidaklah berlebihan dalam membunuh, sesungguhnya dia akan tertolong.
(Isra’; 33)
Huaizi dalam kitab tafsir Nur
Tsaqalain mengatakan: Imam Baqir a.s. bersabda:" maksud dari orang
yang terbunuh secara mazdlum tersebut adalah Husain a.s., dan kamilah ahli
waris dan wali dari beliau, saat Qaim a.s. datang dia akan menuntut darah
Husain a.s. dan sesungguhnya dia akan ditolong. Dan dunia tidak akan berakhir
selagi darah tersebut tidak ditebus dan diambil oleh seorang dari keluarga
Muhammad Saw, seorang sosok yang akan memenuhi dunia dengan keadilan
sebagaimana dunia telah disesaki oleh kezaliman dan ketidak adilan.”[8]
Ayat Ketujuh
بَقِيَّة اللَّهِ خَيْرٌ
لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ...
Simpanan tuhan itu lebih baik
bagi kalian, jika kalian beriman... (Hud; ayat 86)
Dalam tafsir Nuruts
Tsaqalain, dengan menukil dari Al-Kafi, disebutkan:” seseorang
bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq a.s. tentang Al-Qaim a.s., apakah bisa
menggunakan ungkapan wahai Amirul mukminin saat mengucapkan salam kepada
beliau? Imam menjawab: tidak, karena gelar ini diberikan Allah untuk beliau
saja. ... dia bertanya (lagi), aku tebusan bagimu, lalu apa yang harus aku
sampaikan saat mengucapkan salam? Imam Shadiq a.s. menjawab, semua harus
mengatakan: السلام عليک يا بقية الله “Salam
atasmu wahai simpanan Allah”. Kemudian beliau membaca ayat di atas.[9]
Syekh Abu Manshur Thabrisi
dalam kitab Al-Ihtijaj, menukil sebuah riwayat dari Amirul mukiminin Ali
a.s.:”Baqiyatullah adalah Mahdi, di mana dia akan datang setelah masa ini.
Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagimana dunia telah dipenuhi oleh
kezaliman.”[10]
Syekh
Shaduq r.a. dalam kitab Ikmaluddin, meriwayatkan sebuah riwayat yang
cukup panjang dari Imam Muhammad Al-Baqir a.s. Isi sebagian riwayat yang
menyinggung permasalahan Imam Mahdi a.s.itu dumikian:” Saat Qaim muncul, dia
akan bersandar kepada Ka’bah, kemudian 313 orang bergabung dengannya. Maka
ungkapan pertama yang beliau ucapkan adalah ayat di atas, dan mengatakan akulah
Baqiyatullah, hujjah dan khalifah Allah di antara kalian. Saat itu setiap
muslim menyalaminya dengan ungkapan, Salam atasmu wahai Baqiyatullah di
bumi-Nya.”[11]
Begitu juga dalam hadis-hadis
yang diriwayatkan dari Imam Muhammad Baqir a.s. disebutkan:” ilmu akan kitab
Allah dan sunah Rasulullah Saw bersemi di hati Mahdi, sebagaimana
tumbuhan-tumbuhan terbaik bersemi dan berkembang. Barang siapa di antara kalian
hidup dan berjumpa dengannya maka berilah salam demikian, Salam atasmu wahai
keluarga rahmat dan kenabian, wahai gudang ilmu, wahai tempat turunnya risalah,
Salam wahai Baqiyatullah.[12]