Dari berbagai kaum yang disebutkan dalam Al Quran, Tsamud ada-lah kaum yang saat ini telah banyak diketahui keberadaannya. Sumber-sumber sejarah mengungkapkan bahwa sekelompok orang yang disebut dengan kaum Tsamud benar-benar pernah ada.
Penduduk
Al Hijr yang disebutkan dalam Al Quran diperkirakan adalah orang-orang
yang sama dengan kaum Tsamud. Nama lain dari Tsamud adalah Ashab Al Hijr
(Penduduk Al Hijr). Jadi kata “Tsamud� merupakan nama kaum,
sementara kota Al Hijr adalah salah satu dari beberapa kota yang
dibangun oleh kaum tersebut.
Ahli
geografi Yunani, Pliny sepakat dengan ini. Pliny menulis bahwa Domatha
dan Hegra adalah lokasi tempat kaum Tsamud berada, dan kota Al Hegra
inilah yang menjadi kota Al Hijr saat ini.
Sumber
tertua yang diketahui berkaitan dengan kaum Tsamud adalah tarikh
kemenangan Raja Babilonia Sargon II (abad ke-8 SM) yang mengalahkan kaum
ini dalam sebuah pertempuran di Arabia Selatan. Bangsa Yunani juga
menyebut kaum ini sebagai “Tamudaei�, yakni, “Tsamud�, dalam
tulisan Aristoteles, Ptolemeus, dan Pliny (hidup sebelum zaman Nabi
Muhammad SAW, sekitar tahun 400-600 M), mereka benar-benar punah.
Dalam
Al Quran, kaum 'Ad dan Tsamud selalu disebutkan bersama-an. Lebih
jauh lagi, ayat-ayat tersebut menasihati kaum Tsamud untuk mengambil
pelajaran dari penghancuran kaum 'Ad. Ini menunjukkan bahwa kaum
Tsamud memiliki informasi detail tentang kaum 'Ad.
“Dan
(Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih. Ia
berkata; �Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari
Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah ia
makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan
apa pun, maka kamu ditimpa siksaan yang pedih. Dan ingatlah olehmu di
waktu Tuhan menjadikan kamu peng-ganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah
kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan
istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat
gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat
Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.�
(QS. Al A'raf : 73-74)
Sebagaimana
dapat dipahami dari ayat ini, terdapat hubungan antara kaum 'Ad dan
kaum Tsamud, bahkan mungkin kaum 'Ad pernah menjadi bagian dari
sejarah dan budaya kaum Tsamud. Nabi Shalih memerintahkan untuk
mengingat kejadian kaum 'Ad dan mengambil peringatan dari me-reka.
Kaum
‘Ad ditunjukkan kepada contoh dari kaum Nabi Nuh yang per-nah hidup
sebelum mereka. Sebagaimana kaum 'Ad mempunyai kaitan penting untuk
sejarah kaum Tsamud, kaum Nabi Nuh juga mempunyai kaitan penting untuk
sejarah kaum ‘Ad. Kaum-kaum ini saling mengenal dan kemungkinan berasal
dari garis keturunan yang sama.
Al
Quran menceritakan tentang adanya hubungan antara kaum'Ad dan
Tsamud. Kaum Tsamud diingatkan untuk mengingat kejadian kaum 'Ad serta
mengambil pelajaran dari penghancuran mereka. Meskipun secara geografis
kaum 'Ad dan Tsamud sangat berjauhan dan sepertinya tidak
berhubungan, namun dalam ayat yang ditujukan kepada kaum Tsamud
dikatakan untuk mengingat kaum 'Ad.
Jawabannya
muncul setelah penyelidikan singkat dari berbagai sum-ber, bahwa memang
terdapat hubungan yang sangat kuat antara kaum Tsamud dan kaum 'Ad.
Kaum Tsamud mengenal kaum 'Ad karena kedua kaum ini sepertinya berasal
dari asal usul yang sama. Britannica Micropaedia menuliskan tentang
orang-orang ini dalam sebuah tulisan berjudul “Tsamud�:
Di
Arabia Kuno, suku atau kelompok suku tampaknya telah memiliki
keunggulan sejak sekitar abad 4 SM sampai pertengahan awal abad 7 M.
Meskipun kaum Tsamud mungkin berasal dari Arabia Selatan, sekelompok
besar tampaknya pindah ke utara pada masa-masa awal, secara tradisional
berdiam di lereng gunung (jabal) Athlab. Penelitian arkeologi terakhir
mengungkapkan sejumlah besar tulisan dan gambar-gambar batu tentang kaum
Tsamud, tidak hanya di Jabal Athlab, tetapi juga di seluruh Arabia
Tengah.
Tulisan
yang secara grafis mirip dengan abjad Smaitis (yang disebut Tsamudis)
telah diketemukan mulai dari Arabia Selatan hingga ke Hijaz. Tulisan
itu, yang pertama ditemukan di daerah Utara Yaman Tengah yang dikenal
sebagai Tsamud, dibawa ke Utara dekat Rub’al Khali, ke selatan dekat
Hadhramaut serta ke Barat dekat Shabwah.
Kaum'Ad adalah sekelompok orang yang hidup di Arabia Selatan. Ada
kenyataan penting bahwa banyak peninggalan kaum Tsamud ditemukan di
daerah tempat kaum 'Ad pernah hidup, khususnya sekitar bangsa Hadhram
(Yaman Selatan), anak cucu 'Ad, mendirikan ibu kotanya. Keadaan ini
menjelaskan hubungan kaum'Ad dan Tsamud yang disebutkan dalam Al
Quran. Hubungan tersebut diterangkan dalam perkataan Nabi Shalih ketika
mengatakan bahwa kaum Tsamud datang untuk menggantikan kaum 'Ad :
“Dan
(Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih. Ia
berkata; �Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu
selain-Nya…. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Ad dan memberikan
tempat bagimu di bumi.� (QS. Al A'raf: 73-74)
Singkatnya,
kaum Tsamud telah mendapat ganjaran atas pembang-kangan terhadap nabi
mereka, dan dihancurkan. Bangunan-bangunan yang telah mereka bangun dan
karya seni yang telah mereka buat tidak dapat melindungi mereka dari
azab. Kaum Tsamud dihancurkan dengan azab yang mengerikan seperti halnya
umat-umat lainnya yang meng-ingkari kebenaran, yang terdahulu maupun
yang terkemudian.
Dari
Al Quran diketahui bahwa kaum Tsamud adalah anak cucu dari kaum 'Ad.
Bersesuaian dengan ini, temuan-temuan arkeologis memper-lihatkan bahwa
akar dari kaum Tsamud yang hidup di utara Semenanjung Arabia, berasal
dari selatan Arabia di mana kaum 'Ad pernah hidup.
Dua
ribu tahun silam, kaum Tsamud telah mendirikan sebuah kerajaan bersama
bangsa Arab yang lain, yaitu kaum Nabatea. Saat ini di Lembah Rum yang
juga disebut dengan Lembah Petra di Yordania, dapat dilihat berbagai
contoh terbaik karya pahat batu kaum ini. Sebagaimana disebutkan dalam
Al Quran, keunggulan kaum Tsamud adalah dalam pertukangan.
Dan
ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu peng-ganti-pengganti
(yang berkuasa) sesudah kaum 'Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi.
Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat
gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat
Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.�
(QS. Al A'raf : 74)
Inilah
sebahagian tapak-tapak binaan (132 chambers & tombs) tinggalan kaum
Tsamud di Madain Salleh (lebih kurang 400km utara Madinah, Arab Saudi).
Pada zaman itu, Allah swt utuskan Nabi Salleh a.s untuk dakwah kaum
Tsamud kepada Tauhid tetapi mereka engkar dan mendapat balasan seksa
(bala) dari Allah swt. (Era 200 BC – AD 200)
73.
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia
berkata. “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah ating bukti yang nyata kepadamu
dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka
biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya,
dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang
pedih.”
74. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan
tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang
datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka
ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi
membuat kerusakan.
75. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata
kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara
mereka: “Tahukah kamu bahwa Saleh di utus (menjadi rasul) oleh
Tuhannya?”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu,
yang Saleh diutus untuk menyampaikannya”.
76. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kami
adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu”.
77. Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh
terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: “Hai Saleh, datangkanlah
apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk
orang-orang yang diutus (Allah)”.
78. Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.
79. Maka Saleh meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku
sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku
telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang
yang memberi nasihat”.
Bak
kata alim ulama dulu, Rasulullah SAW bersama para sahabat R.A pernah
melalui kawasan ini sewaktu menuju ke peperangan Tabuk. Baginda saw
arahkan para sahabat (RA) agar segera bergerak meninggalkan Madain
Salleh serta beristigfar. Itu a cerita zaman nabi di mana Nabi suruh
para sahabat beredar dari tempat itu. Tapi zaman sekarang ni pula,
terbalik la pulak. Semenjak Madain Salleh diiktiraf oleh UNESCO pada
Julai 2008, ada pakej Umrah & Haji menawarkan lawatan ke sini tanpa
menghiraukan larangan Nabi saw. Ish2..
Berikut
ialah catatan seorang pengembara zaman (pelancong lah tu hehe) sekarang
yang pernah ke situ, dipetik dari sebuah blog (rujukan dibawah sekali).
Gunung-gunung batu tersebut dibentuk kaum Tsamud menjadi istana, rumah, dan kuburan para petinggi kaum. Pahatan ukiran dan ornamennya sangat halus dan indah, menakjubkan. Wilayah kekuasaan kaum Tsamud membentang hingga ke wilayah Petra (Yordania). Bedanya, Petra sudah dijadikan komoditi parawisata inti Yordania selain Laut Mati. Sedangkan Mada’en Shaleh masih menjadi perdebatan antara kepentingan dinas pariwisata Saudi yang mulai mengangkat Mada’en Shaleh sebagai komoditi pariwisata, dengan para ulama yang berpendapat bahwa tempat tersebut adalah situs peninggalan “kaum terlaknat,” sehingga umat Islam diharamkan untuk menziarahinya.Dikisahkan dalam Al-Qur’an, pada zamannya, kaum Tsamud memiliki keahlian arsitektur luar biasa. Nabi Shaleh, nabi kelima dari 25 nabi dan rasul yang tertulis, diutus Allah SWT, mengajak mereka untuk bertauhid. Namun, kaum Tsamud tidak menerima Nabi Shaleh begitu saja. Mereka minta ditunjukkan satu mukjizat sebagai bukti bahwa Shaleh adalah utusan Allah. Tak Cuma itu. Di luar batas kewajaran manusia, mereka minta seekor unta betina keluar dari celah bebatuan. Nabi Shaleh pun berdoa meminta kepada Yang Maha Kuasa. Doanya dikabulkan, dan keluarlah seekor unta betina dari celah bebatuan. Ia lalu berpesan kepada umatnya, jangan sampai menyakiti unta tersebut, apalagi membunuhnya. Azab Allah akan menyapu bersih, kalau sampai unta tersebut dibunuh. Kaum Tsamud akhirnya sepakat menjadi umat Nabi Shaleh.
Seiring perjalanan waktu, salah seorang umatnya kemudian mengingkari dan nekad membunuh unta tersebut. Menurut riwayat, konon sang pembunuh adalah utusan bersama para petinggi kaum yang diiming-imingi hadiah seorang wanita cantik. Nabi Shaleh marah luar biasa. Ia tahu, azab Allah tidak lama lagi akan datang dan membumi hanguskan kaumnya. Karena, “mukjizat unta” hanyalah simbol kepatuhan kaum Tsamud kepada Allah.Setelah kejadian tersebut, kaum Tsamud masih menantang Nabi Shaleh, karena ternyata azab tidak kunjung datang melanda mereka. Maka, tidak lama berselang, murka Allah pun datang. Angin puting beliung dengan suhu udara yang sangat dingin menyelimuti hari-hari kaum Tsamud, diiringi gempa dahsyat. Akhirnya, kaum Tsamud tenggelam ditelan bumi. Yang tertinggal hanya beberapa rumah dan istana gunung batu sebagai hasil karya besar mereka.
Berjalan 2 km ke arah timur, terdapat peninggalan stasiun kereta api kuno tatkala kawasan Arab Hijaz berada di bawah kekuasaan Dinasti Ustmaniah Ottoman). Bangunanannya nampak masih terawat apik dan megah. Lokomotif tanpa mesin dan dua buah rangka gerbong, teronggok rapi di jalur rel dalam stasiun. Tidak salah pemerintahan Ustmaniah membangun stasiun di lokasi tersebut. Selain sebagai tempat transit, penumpang kereta dimanjakan dengan pemandangan hamparan Mada’en Shaleh yang terlihat jelas dari stasiun.
Kini, situs ribuan tahun itu masih bisa dinikmati peziarah yang datang untuk se kadar berwisata atau para arkeolog de ngan tujuan penelitian. Departemen Pariwisata Saudi gencar memromosikan Mada’en Shaleh sebagai objek wisata se jarah selain Dir’iyah, situs kota tua Raja Abdul Aziz, pendiri kerajaan Saudi Arabia.
Sisa Kehancuran Kaum Tsamud
Dalam Alquran banyak sekali dijelaskan tentang kehancuran
bangsa-bangsa (kaum) yang tidak mau beriman kepada Allah SWT. Di
antaranya, bangsa 'Ad (umat Nabi Hud), kaum Tsamud (umat Nabi Saleh),
bangsa Madyan (umat Nabi Syu'aib), kaum Nabi Ibrahim, serta kaum Nabi
Nuh.
Seperti umat lainnya, umat Nabi Saleh, yaitu kaum Tsamud, juga dihancurkan karena mereka tidak mau beriman kepada Allah SWT dan tidak mengakui Saleh sebagai seorang Nabi. Mereka dihancurkan oleh Allah SWT dengan petir yang menggelegar sehingga meruntuhkan bangunan tempat tinggal mereka.
''Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tshamud.'' (QS Hud ayat 67-68).
Sebelum mereka dihancurkan dengan suara petir yang menggelegar, bangsa Tsamud ini diperintahkan untuk menyembah Allah dan mengikuti ajakan Nabi Saleh. Namun, mereka enggan melakukannya. Bahkan, ajakan itu justru dianggap menghina kaum Tsamud. Lalu, ketika diuji dengan diberikan seekor unta betina, mereka pun membunuhnya. Kemudian, Nabi Saleh memperingatkan umatnya. Cerita ini terdapat dalam surah Hud ayat 61-62 dan 65-68, Ibrahim ayat 9, Al-A'raf ayat 75-77, An-Naml ayat 47-50, Al-Qamar ayat 23-26, dan Asy-Syu'araa' 141-158.
Karena sikap sombong dan angkuh itu, mereka pun harus menerima akibat dan dihancurkan oleh Allah SWT sebagaimana telah dilakukan pada kaum 'Ad, umatnya Nabi Hud.
Berdasarkan hasil studi arkeologi dan sejarah terkini mengenai kehidupan dan peninggalan bangsa Tsamud ini, para peneliti arekologi berhasil menemukan dan mengungkapkan keberadaan kaum Tsamud di antara Yaman selatan dan utara Madinah yang disebut dengan nama Madain Saleh. Alquran menyebutkan, kaum Tsamud membuat rumah atau bangunan sesuai dengan gaya hidup mereka. Tsamud, seperti disebutkan dalam Alquran, merupakan fakta sejarah yang dibenarkan oleh banyak temuan arkeologis saat ini.
Menurut penjelasan Alquran, kaum Tsamud merupakan anak cucu dari kaum 'Ad. Hal ini dibuktikan dengan temuan-temuan arkeologis tentang keberadaan dan kehidupan mereka. Dijelaskan, akar kaum Tsamud dulunya hidup di utara Semenanjung Arab yang berasal dari selatan Arabia, tempat kaum 'Ad pernah hidup.
Sumber-sumber sejarah mengungkapkan, sekelompok orang yang disebut dengan Tsamud benar-benar pernah ada. Masyarakat al-Hijr (batu) sebagaimana disebutkan dalam Alquran adalah sama dengan kaum Tsamud. Nama lain dari Tsamud adalah Ashab al-Hijr. Kata 'Tsamud' adalah nama dari suatu kaum, sedangkan kata al-Hijr adalah salah satu di antara beberapa kota yang dibangun oleh orang tersebut. (Lihat Ensiklopedia Islam).
Seperti umat Nabi Hud yaitu kaum 'Ad, ahli geografi Yunani yang bernama Pliny menggambarkan bahwa Domatha dan Hegra adalah lokasi tempat tinggal kaum Tsamud. Tempat tersebut hingga kini dikenal dengan nama Kota Al-Hijr.
Sumber tertua yang berkaitan dengan kaum Tsamud adalah hikayat kemenangan Raja Babilonia Sargon II (abad ke-8 SM) yang mengalahkan orang-orang ini dalam pertempuran di Arabia selatan. Bangsa Yunani juga menghubungkan kaum ini sebagai 'Tamudaei', yakni 'Tsamud' sebagaimana ditulis Aristoteles, Ptolomeus, dan Pliny. Kaum Tsamud ini diperkirakan hidup pada abad ke-8 Sebelum Masehi, sekitar tahun 800-an SM.
Dalam Alquran, kaum 'Ad dan Tsamud disebutkan secara bersamaan. Menurut para ahli tafsir, terdapat sebuah hubungan antara kedua kaum ini. Dan, kaum 'Ad pernah menjadi bagian dari sejarah kaum Tsamud.
Nabi Saleh memerintahkan umatnya untuk mengambil peringatan dari kejadian yang pernah menimpa umat Nabi Hud (kaum 'Ad). Sementara itu, kaum 'Ad ditunjukkan contoh dari kaum Nabi Nuh yang pernah hidup sebelum mereka. Kaum 'Ad mempunyai kaitan penting dengan kaum Nabi Nuh. Ketiga kaum ini mempunyai hubungan sejarah yang saling berkaitan.
Menurut Alquran, kaum yang pertama kali dihancurkan adalah kaum Nuh. Selanjutnya, kaum Nabi Luth yang melakukan hubungan sejenis (homoseksual). Kemudian berturut-turut, kaum Nabi Musa (penenggelaman Firaun), kaum Nabi Syu'aib (Madyan), kaum Nabi Hud ('Ad), dan kaum Nabi Saleh (Tsamud).
Menurut Harun Yahya dalam situsnya, umat Nabi Nuh dihancurkan pada 3000-2500 SM, kaum Ibrahim dan Luth awal tahun 2000 SM, umat Musa tahun 1300 SM, umat Hud ('Ad) 1300 SM, dan umat Nabi Saleh (Tsamud) sekitar tahun 800 SM.
Menurut beberapa sumber, urutan tersebut di atas belum sepenuhnya tepat. Namun, dari data itu, akan dihasilkan sebuah rangkaian yang sangat runtut (tertib), baik menurut Alquran maupun data-data sejarah.
Pahatan Batu
Dari beberapa keterangan yang ada, Britannica Micropedia menyebutkan:
Di
Arabia Kuno, suku atau sekelompok suku tampaknya telah memiliki
keunggulan sejak sekitar abad 4 SM sampai pertengahan awal abad 7 M.
Meskipun kaum Tsamud kemungkinan asal-usulnya dari Arabia selatan,
sebuah kelompok besar rupanya pindah ke utara pada awal-awal tahun,
secara tradisional berdiam di lereng gunung (Jaba) Athlab. Penelitian
arkeologi terakhir mengungkapkan, sejumlah besar batu bertulis dan
gambar-gambar kaum Tsamud tidak hanya ada di Jabal Athlab, tetapi juga
di seluruh Arabia tengah. (Britannica Micropedia, vol 11, hlm 672).
Pada sekitar 2000 tahun yang lampau, kaum Tsamud telah mendirikan sebuah kerajaan bersama bangsa arab yang lain, yaitu Nabataeans. Saat ini, di Lembah Rum yang juga disebut dengan Lembah Petra di Jordania, dapat dilihat berbagai contoh karya pahat batu yang terbaik dari kaum ini. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, kaum Tsamud ini memiliki kemahiran dan keahlian dalam bidang pertukangan (ukiran dan pahat memahat).
''Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanah yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.'' (QS al-A'raf: 74)
Menurut Brian Doe, seorang peneliti arkeologi tentang keberadaan kaum Nabi Hud dan kaum Tsamud di Arabia selatan, kaum Tsamud ini dikenali melalui tulisan dan pahatan-pahatan yang mereka buat di dinding-dinding batu. Tulisan yang secara grafis itu sangat mirip dengan huruf-huruf Smaitic (yang disebut Thamudic) dan banyak ditemukan di Arabia selatan sampai ke Hijaz. (Brian Doe, Southern Arabia, Thames and Hudson, 1971, hlm 21-22)
Tulisan yang pertama ditemukan di daerah utara Yaman tengah yang dikenal sebagai Tsamud, ini dibawa ke utara oleh Rub'ah Khali ke selatan dan Hadramaut serta oleh Shabwah ke barat.
Seperti halnya kaum 'Ad, peninggalan kaum Tsamud banyak ditemukan di daerah sekitar Hadramaut, Yaman. Walaupun telah dihancurkan oleh Allah SWT selama ribuan tahun lalu, namun hingga kini sisa-sisa peninggalan mereka (berupa bangunan dan karya seni) masih dapat ditemukan di sekitar Hadramaut dan di Kota Madain Saleh, sebelah utara Madinah. sya/berbagai sumber
Warisan Dunia
Kota bekas peninggalan umat Nabi Saleh, yaitu kaum Tsamud di Al-Hijr (Madain Saleh), kini menjadi salah satu kota warisan dunia. Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO), pada awal Juli 2008 lalu, telah mengesahkan kota tua Madain Saleh yang terletak di utara Madinah, sebagai salah satu situs warisan dunia (World Heritage Site).
Kaum Tsamud dan Nabatea yang menetap di Madain Saleh adalah situs bersejarah yang memiliki 132 kamar dan kuburan. Tempat ini terletak sekitar 440 km di sebelah utara Madinah. Umat ini diperkirakan hidup pada 200 SM hingga abad 200 Masehi (abad ke-2). Peninggalan yang masih bisa dilihat di sini adalah ukiran dan pahatan pada tembok, menara, serta sejumlah saluran air dan bak-bak air.
Selain itu, para arkeolog juga menemukan batu bata rumah warga yang dianggap sebagai sisa peninggalan umat Nabi Saleh di Nabatea yang terpelihara dengan baik setelah Petra, dan berlokasi sekitar 440 km arah utara Madinah yang berbatasan dengan Yordania. Kota Madain Saleh menjadi situs warisan dunia yang pertama diperoleh Arab Saudi. sya/iina
Kaum Tsamud, Entrepreneur Ulung
Kaum Tsamud, umat Nabi Saleh, dikenal sebagai entrepreneur ulung di masanya. Berbagai karya seni pahat, ukiran, dan pertukangan adalah contoh keahlian dan kemahiran mereka.
''Dan, ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.'' (QS al-A'raf: 74)
Para arkeolog berhasil menemukan sejumlah batu karang dari hasil budaya kaum Tsamud di gunung-gunung maupun di lembah-lembah sekitar Arabia selatan dan tengah. Misalnya di Jabal Athlab, ditemukan tembikar dan lainnya.
Karena keahlian dan kepandaiannya itu, hasil ukiran yang mereka buat dijadikan sebagai barang dagangan dengan komunitas lainnya. Sebagian lagi dibuat hiasan di rumah-rumah mereka.
Produk utama kaum Tsamud adalah barang pecah belah (tembikar) yang unik dan memiliki nilai seni yang berkualitas tinggi. Sedangkan, produk lainnya yang diperdagangkan adalah kemenyan dan rempah-rempah. Dari hasil perdagangan tersebut, didapatkan kekayaan sehingga memungkinkan mereka membangun istana, rumah yang dipahat, dan makam pada batu karang. Kota tersebut berada 347 km di sebelah utara Madinah.
Pada sekitar 200 SM, kaum Nabasia menggantikan kaum Tsamud menguasai Kota Dedan (Al-Ula) sampai Al-Hijr (Madain Saleh). Situs arkeologi penting ditemukan di Kota Al-Ula yang telah dihuni sampai 1970, yang merupakan sebuah percontohan Kota Islam yang dikenali kembali pada abad ke-11 Masehi. Khuraibah merupakan sebuah situs Kerajaan Lihyanite, yang terdapat sejumlah besar makam. Ditemukan pula, Ikmah yang merupakan sebuah sungai (wadi) pada batunya memuat prasasti Lihyanite dan Minea.