SYDNEY - Astronom pertama di dunia adalah suku Aborigin? Studi Australia memaparkan, suku ini menjadi astronom pertama sejak zaman Stonehenge dan Piramid.
Astronom Commonwealth Scientific and Research Organization (CSIRO) Australia, Profesor Ray Norris mengatakan pengetahuan menyangkut bintang telah diturunkan secara turun temurun oleh suku Aborigin selama ribuan tahun dalam bentuk lagu tradisional dan cerita.
“Ada banyak cerita mengenai angkasa, lagu, legenda dan mitos,” kata Norris.
Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, Norris menemukan bahwa orang-orang ini menggunakan langit sebagai navigasi untuk menentukan waktu dan menandai musim.
Melalui penelitiannya, ia berhasil mengungkap detail pemikiran astronomi suku itu.
“Jelas sekali, beberapa pemikir kala itu bersembunyi dibalik semak, melihat gerhana dan mencari tahu cara kerjanya,” jelas Norris.
Kemudian para pemikir itu mengubah pemikiran mereka menjadi lagu dan upacara.
“Menurut cerita mereka, gerhana adalah wanita matahari dan pria bulan yang sedang bercinta.”
Saat ini, Norris sedang mencari bukti untuk menentukan kapan Aborigin menjadi astronom.
Norris mencari bukti-bukti penanda berbagai kejadian penting dalam rekaman astronomi Aborigin kuno ini, seperti peristiwa jatuhnya meteor atau penampakan komet, untuk memberikan kerangka waktu masa hidup peradaban tersebut.
Ia yakin, para astronom Aborigin sudah ada jauh sebelum orang-orang di Eropa mulai mengamati langit, seperti yang terlihat dari peninggalan arkeologi di Stonehenge, Inggris, yang berasal dari era tahun 3.500 sebelum Masehi atau kira-kira pada zaman yang sama dengan peradaban piramida raksasa di Mesir.
“Kami mengetahui astronomi mereka, apa yang tidak kami ketahui adalah sejak kapan mereka memulainya"
"Jika hal ini dimulai 10 ribu atau 20 ribu tahun lalu, maka astronom dari suku Aborogin merupakan suku astronom pertama di dunia,” katanya.
Tumpukan batu tua yang dijadikan semacam jam matahari kuno oleh suku Aborigin
Gambar Di Atas mungkin hanya terlihat seperti tumpukan batu tua di pedalaman Australia. Tapi, sejumlah ilmuwan menegaskan bahwa jika diamati, tumpukan batu-batu itu menunjukan bahwa suku Aborigin kuno adalah astronom pertama di muka bumi ini.
Boleh percaya boleh tidak. Tapi kesimpulan ini dilansir setelah para ilmuwan itu melakukan pengamatan atas batu yang ditemukan di sebuah peternakan dekat Gunung Rothwell, 50 mil sebelah barat Melbourne.
Mereka yakin batu-batu besar yang ditata di atas tanah itu bertujuan untuk memetakan pergerakan matahari, yang dibuat semacam jam matahari kuno oleh suku primitif.
Jika itu benar, maka para penata batu-batu itu diperkirakan telah mengenal astronomi sejak lama, sebelum jaman Stonehenge dan jaman piramida di Mesir ribuan tahun lalu. "Batu-batu tua ini telah ditata tepat untuk memetakan matahari," kata astrofisikawan profesor Ray Norris, yang berasal dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation Australia di Canberra.
"(Tata letak) ini tidak dapat dilakukan berdasarkan dugaan saja. Ini membutuhkan pengukuran yang sangat teliti dan tepat," jelasnya, yang dikutip VIVAnews dari Dailymail, Senin 7 Februari 2011.
Diamati dari permukaannya, Profesor Norris mengatakan, batu yang diletakkan oleh suku Aborigin itu diperkirakan berusia 10.000 tahun yang lalu, bahkan ribuan tahun sebelum jaman Stonehenge dan piramida Mesir.
Sekelompok astrofisikawan Australia ini cukup terkenal karena temuannya yang relatif akurat berdasarkan pengamatan dari batu dan benda-benda fisika lainnya. Tetapi baru kali ini mereka datang dengan hasil temuan yang bisa memutarbalikkan sejarah.
Penelitian tetap berlanjut. Jika temuan definitif ini memang terbukti diletakkan sebagai sebuah jam matahari kuno, maka monumen Stonehenge yang terkenal dari Inggris relatif pendatang baru dalam dunia astronomi.
Sekadar diketahui, menurut sejumlah arkeolog, Stonehenge dibangun sekitar tahun 2.000-2.500 SM dan didirikan oleh sekelompok orang kuno untuk memberikan garis pandang untuk matahari dan bulan untuk kemudian dijadikan tanggal tertentu, khususnya untuk mengantisipasi datangnya musim panas dan musim dingin. Sementara piramida dibangun sekitar tahun 3.200 SM.
Astronom Commonwealth Scientific and Research Organization (CSIRO) Australia, Profesor Ray Norris mengatakan pengetahuan menyangkut bintang telah diturunkan secara turun temurun oleh suku Aborigin selama ribuan tahun dalam bentuk lagu tradisional dan cerita.
“Ada banyak cerita mengenai angkasa, lagu, legenda dan mitos,” kata Norris.
Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, Norris menemukan bahwa orang-orang ini menggunakan langit sebagai navigasi untuk menentukan waktu dan menandai musim.
Melalui penelitiannya, ia berhasil mengungkap detail pemikiran astronomi suku itu.
“Jelas sekali, beberapa pemikir kala itu bersembunyi dibalik semak, melihat gerhana dan mencari tahu cara kerjanya,” jelas Norris.
Kemudian para pemikir itu mengubah pemikiran mereka menjadi lagu dan upacara.
“Menurut cerita mereka, gerhana adalah wanita matahari dan pria bulan yang sedang bercinta.”
Saat ini, Norris sedang mencari bukti untuk menentukan kapan Aborigin menjadi astronom.
Norris mencari bukti-bukti penanda berbagai kejadian penting dalam rekaman astronomi Aborigin kuno ini, seperti peristiwa jatuhnya meteor atau penampakan komet, untuk memberikan kerangka waktu masa hidup peradaban tersebut.
Ia yakin, para astronom Aborigin sudah ada jauh sebelum orang-orang di Eropa mulai mengamati langit, seperti yang terlihat dari peninggalan arkeologi di Stonehenge, Inggris, yang berasal dari era tahun 3.500 sebelum Masehi atau kira-kira pada zaman yang sama dengan peradaban piramida raksasa di Mesir.
“Kami mengetahui astronomi mereka, apa yang tidak kami ketahui adalah sejak kapan mereka memulainya"
"Jika hal ini dimulai 10 ribu atau 20 ribu tahun lalu, maka astronom dari suku Aborogin merupakan suku astronom pertama di dunia,” katanya.
Tumpukan batu tua yang dijadikan semacam jam matahari kuno oleh suku Aborigin
Gambar Di Atas mungkin hanya terlihat seperti tumpukan batu tua di pedalaman Australia. Tapi, sejumlah ilmuwan menegaskan bahwa jika diamati, tumpukan batu-batu itu menunjukan bahwa suku Aborigin kuno adalah astronom pertama di muka bumi ini.
Boleh percaya boleh tidak. Tapi kesimpulan ini dilansir setelah para ilmuwan itu melakukan pengamatan atas batu yang ditemukan di sebuah peternakan dekat Gunung Rothwell, 50 mil sebelah barat Melbourne.
Mereka yakin batu-batu besar yang ditata di atas tanah itu bertujuan untuk memetakan pergerakan matahari, yang dibuat semacam jam matahari kuno oleh suku primitif.
Jika itu benar, maka para penata batu-batu itu diperkirakan telah mengenal astronomi sejak lama, sebelum jaman Stonehenge dan jaman piramida di Mesir ribuan tahun lalu. "Batu-batu tua ini telah ditata tepat untuk memetakan matahari," kata astrofisikawan profesor Ray Norris, yang berasal dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation Australia di Canberra.
"(Tata letak) ini tidak dapat dilakukan berdasarkan dugaan saja. Ini membutuhkan pengukuran yang sangat teliti dan tepat," jelasnya, yang dikutip VIVAnews dari Dailymail, Senin 7 Februari 2011.
Diamati dari permukaannya, Profesor Norris mengatakan, batu yang diletakkan oleh suku Aborigin itu diperkirakan berusia 10.000 tahun yang lalu, bahkan ribuan tahun sebelum jaman Stonehenge dan piramida Mesir.
Sekelompok astrofisikawan Australia ini cukup terkenal karena temuannya yang relatif akurat berdasarkan pengamatan dari batu dan benda-benda fisika lainnya. Tetapi baru kali ini mereka datang dengan hasil temuan yang bisa memutarbalikkan sejarah.
Penelitian tetap berlanjut. Jika temuan definitif ini memang terbukti diletakkan sebagai sebuah jam matahari kuno, maka monumen Stonehenge yang terkenal dari Inggris relatif pendatang baru dalam dunia astronomi.
Sekadar diketahui, menurut sejumlah arkeolog, Stonehenge dibangun sekitar tahun 2.000-2.500 SM dan didirikan oleh sekelompok orang kuno untuk memberikan garis pandang untuk matahari dan bulan untuk kemudian dijadikan tanggal tertentu, khususnya untuk mengantisipasi datangnya musim panas dan musim dingin. Sementara piramida dibangun sekitar tahun 3.200 SM.