Kamis, 18 Desember 2014

Imam Mahdi a.s. Dalam al-Quran Karim

Tanpa diragukan lagi pembahasan tentang Imam Mahdi a.s. telah tertera di pelbagai sumber dan literatur Islam. Rasulullah Saw sendiri yang mengajarkan hal tersebut. Imam Ali a.s. dan para imam yang lain juga tidak ketinggalan, mereka  senantiasa menyinggung pembahasan yang satu ini dan mengulang-ulanginya. Para ulama dan pemuka sekte-sekte Islam sepanjang sejarah juga satu demi satu di segenap penjuru negeri Islam telah menulis dan menyusun buku yang tidak sedikit jumlahnya.

Dengan pelbagai hal tersebut apakah dapat dibayangkan topik dan pembahasan yang begitu populer dan urgen ini tidak tertera dalam kitab suci Al-Quran? Jawabannya tentu tidak. Pasti pembahasan semacam ini telah  terdapat di dalamnya.

Al-Quran dalam bentuk singgungan atau bahkan secara gamblang telah menjelaskan peristiwa dan kejadian yang nantinya akan terjadi di akhir zaman; seperti kemenangan kaum mukmin atas musuh-musuh mereka. Menurut para mufasir ayat-ayat semacam ini misdaqnya adalah munculnya pemerintahan Imam Mahdi a.s. di akhir zaman. 

Al-hasil, para mufasir kontemporer menghitung dan mentahqiq jumlah ayat-ayat yang berkaitan dengan beliau a.s dan mereka mendapatkan ayat-ayat yang tidak sedikit. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa metode mereka dalam pencarian tersebut mencakup ayat-ayat yang secara gamblang menjelaskan permasalahan Mahdawiyah dan yang lain, atau ayat-ayat di mana para mufasir karena satu dan lain hal menyebut dalam tafsirnya riwayat atau pembahasan tentang Mahdawiyah.

Pada kesempatan ini, kita akan membawakan 7 ayat saja yang memiliki indikasi yang jelas terhadap permasalahan Mahdawiyah.


Ayat pertama
وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( ‏انبيا 105)
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku  yang saleh.”(Anbiya’; 105)
Imam Muhammad Al-Baqir a.s. bersabda:” hamba-hamba Allah yang akan menjadi pewaris bumi -yang tersebut dalam ayat- adalah para sahabat Al-Mahdi a.s. yang akan bangkit  di akhir zaman.”


Syekh Thabrisi setelah menukil riwayat ini mengatakan, terdapat sebuah hadis nabi yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahli sunah yang menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam Al-Baqir a.s. di atas. Hadis tersebut mengatakan, “Jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, maka Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang yang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.” Imam Abu bakar, Ahmad bin Husain Al-Baihaqi dalam buku al-Ba’tsu wa Nutsur telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini.[1]
 
Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim berkaitan dengan ayat yang berbunyi “Kami telah menulis di Zabur setelah Dzikr…” dijelaskan bahwa semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Dzikr. Sedang maksud dari dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah Al-Qaim a.s. dan para pengikutnya.[2]

 
Ayat kedua
 وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ.
Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas di bumi, dan akan Kami jadikan mereka para pemimpin dan pewaris dunia.(Qashash; 5)  


Sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali a.s. di dalam Nahjul balagah serta sabda para Imam yang lain, ayat ini berkaitan dengan Mahdawiyah. Dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut konvoi kebenaran yang terzalimi yang akhirnya kendali dunia akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman.[3] Syekh Shaduq dalam kitab Amalinya menukil sabda Imam Ali a.s. yang berbunyi:”ayat ini berkaitan dengan kita”.[4]


Ayat Ketiga
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ...
Hai orang- orang yang beriman, barang siapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, bersikap keras terhadap orang- orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela...(Al-Maidah; 54)


Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Al-Qaim dan para pengikutnya, merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekali tidak takut terhadap apapun”.[5]


Ayat Keempat
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى‏ لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ.  
Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka (pasti) akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.(Nur; 56)


Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait a.s. diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad Saw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin a.s. bahwa beliau membaca ayat di atas. Setelah itu beliau bersabda:”sumpah demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi umat ini. Dialah orang yang disebut-sebut oleh Rasul Saw, jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir a.s. dan imam Ja’far Shadiq a.s.”.


Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentang ayat ini dengan penjelasan berikut ini:” mengingat agama Islam belum tersebarnya ke seluruh penjuru dunia, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.”[6]


Ayat Kelima
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى‏ وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah Zat yang yang telah mengutus rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.(At-Taubah; 33)


Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar karya Rasyiduddin Mibudi disebutkan: Rasul dalam ayat tersebut adalah baginda nabi Muhammad Saw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memenangkan agama (Islam) ini atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul Saw pada suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya, hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluarganya yang telah meninggal dunia kembali lagi...[7]

 
Ayat Keenam
 وَ مَنْ قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ جَعَلْنا لِوَلِيِّهِ سُلْطاناً فَلا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كانَ مَنْصُوراً
Barangsiapa terbunuh secara mazdlum, maka kita akan jadikan ahli warisnya sebagai pemimpin, oleh karena itu hendaknya tidaklah berlebihan dalam membunuh, sesungguhnya dia akan tertolong. (Isra’; 33)  


Huaizi dalam kitab tafsir Nur Tsaqalain mengatakan: Imam Baqir a.s. bersabda:" maksud dari orang yang terbunuh secara mazdlum tersebut adalah Husain a.s., dan kamilah ahli waris dan wali dari beliau, saat Qaim a.s. datang dia akan menuntut darah Husain a.s. dan sesungguhnya dia akan ditolong. Dan dunia tidak akan berakhir selagi darah tersebut tidak ditebus dan diambil oleh seorang dari keluarga Muhammad Saw, seorang sosok yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah disesaki oleh kezaliman dan ketidak adilan.”[8]

 
Ayat Ketujuh
بَقِيَّة اللَّهِ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ...
Simpanan tuhan itu lebih baik bagi kalian, jika kalian beriman... (Hud; ayat 86)


Dalam tafsir Nuruts Tsaqalain, dengan menukil dari Al-Kafi, disebutkan:” seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq a.s. tentang Al-Qaim a.s., apakah bisa menggunakan ungkapan wahai Amirul mukminin saat mengucapkan salam kepada beliau? Imam menjawab: tidak, karena gelar ini diberikan Allah untuk beliau saja. ... dia bertanya (lagi), aku tebusan bagimu, lalu apa yang harus aku sampaikan saat mengucapkan salam? Imam Shadiq a.s. menjawab, semua harus mengatakan: السلام عليک يا بقية الله   “Salam atasmu wahai simpanan Allah”. Kemudian beliau membaca ayat di atas.[9]

Syekh Abu Manshur Thabrisi dalam kitab Al-Ihtijaj, menukil sebuah riwayat dari Amirul mukiminin Ali a.s.:”Baqiyatullah adalah Mahdi, di mana dia akan datang setelah masa ini. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman.”[10]

Syekh Shaduq r.a. dalam kitab Ikmaluddin, meriwayatkan sebuah riwayat yang cukup panjang dari Imam Muhammad Al-Baqir a.s. Isi sebagian riwayat yang menyinggung permasalahan Imam Mahdi a.s.itu dumikian:” Saat Qaim muncul, dia akan bersandar kepada Ka’bah, kemudian 313 orang bergabung dengannya. Maka ungkapan pertama yang beliau ucapkan adalah ayat di atas, dan mengatakan akulah Baqiyatullah, hujjah dan khalifah Allah di antara kalian. Saat itu setiap muslim menyalaminya dengan ungkapan, Salam atasmu wahai Baqiyatullah di bumi-Nya.”[11]       

Begitu juga dalam hadis-hadis yang diriwayatkan dari Imam Muhammad Baqir a.s. disebutkan:” ilmu akan kitab Allah dan sunah Rasulullah Saw bersemi di hati Mahdi, sebagaimana tumbuhan-tumbuhan terbaik bersemi dan berkembang. Barang siapa di antara kalian hidup dan berjumpa dengannya maka berilah salam demikian, Salam atasmu wahai  keluarga rahmat dan kenabian, wahai gudang ilmu, wahai tempat turunnya risalah, Salam wahai Baqiyatullah.[12]

[1] Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67.
[2] Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464.
[3] Majma’ul bayan, juz 7, halaman 239.
[4] Tafsir Nuruts Tsaqalain, juz 4, halaman 107-111.
[5] Tafsir Nuruts Tsaqalain, juz 1, halaman 641.
[6] Majma’ul bayan, juz 7, halaman 152; Tafsir Al-Burhan, juz 3, halaman 147.
[7] Kasyful asar, juz, 4, halaman 119-120.
[8] Nur tsaqalian, juz 3, halaman 163.
[9] Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390.
[10] Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390.
[11] Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390-392.
[12]
»»  READMORE...

7 Perkara Yang Tidak Disukai Manusia Ketika Imam Mahdi Datang

coming of mahdi
BANYAK orang memiliki persepsi yang keliru tentang kemunculan Imam Mahdi dan zaman yang akan dilewati olehnya. Mereka menduga bahwa ketika Imam Mahdi datang, maka dalam sekejab dunia akan berubah menjadi aman, adil, makmur dan penuh kesejahteraan. Mereka menyangka bahwa dengan kemunculan Imam Mahdi maka, dalam waktu singkat musuh akan ditumbangkan, kedzaliman akan dihilangkan dan ketidakadilan akan lenyap tanpa sisa.

Meski pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah, namun implikasi dari keyakinan di atas akan membuat banyak orang banyak mengidam-idamkan kedatangan Al-Mahdi tanpa berfikir sama sekali resiko dari harapannya. Sebab, kemunculan dan masa-masa awal pemerintahan Al-Mahdi justru akan dipenuhi dengan beragam fitnah dan huru-hara yang membuat banyak manusia lari menjauhi dan memusuhi Al-Mahdi.

Beratnya kebanyakan umat Islam untuk meninggalkan ideologi demokrasi, nasionalisme, kepartaian dan fanatisme golongan inilah yang membuat kebanyakan mereka berat untuk menerima Al-Mahdi. Sebab, kedatangan Al-Mahdi dan kelompoknya akan membersihkan semua berhala itu dan menggantinya dengan panji-panji tauhid. Sikap tegas tanpa kompromi dalam menerapkan syari’at Islam inilah yang mengundang seluruh kekuatan kufur dunia bersatu-padu untuk menghadang Imam Mahdi dan kelompoknya.

Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa masa-masa pra, era dan pasca pembai’atan Al-Mahdi akan dipenuhi dengan perkara-perkara yang amat tidak disukai oleh manusia. Setidaknya, inilah berbagai kondisi yang akan mengelilingi masa-masa Al-Mahdi. Inilah perkara-perkara tersebut:

(1) Pembantaian Dan Pembunuhan Massal Terhadap Umat Islam

Pembantaian-Warga-Muslim-di-Myanmar
Pembantaian Warga Muslim di Myanmar
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,  “Nyaris tiba saatnya banyak umat yang memperebutkan kalian, seperti orang-orang makan yang memperebutkan hidangannya.” Maka, ada seseorang bertanya : “Apakah karena sedikitnya kami pada hari itu?Beliau menjawab :Justru jumlah kalian banyak pada hari itu, tetapi ibarat buih di atas air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut kepada kalian dari dada musuh kalian dan menimpakan kepada kalian penyakit wahn.” Seseorang bertanya: “Apakah wahn itu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati,” [HR. Ahmad : 21891 dan Abu Daud : 4297]

Inilah zaman yang dikatakan oleh Rasulullah saw. sebagai puncak kedzaliman dan kecurangan.  Para penegak hukum Allah dituding sebagai teroris yang menjadi biang keladi kerusakan dunia, ideologi mereka dituduh sebagai ideologi Iblis dan nabi mereka difitnah dengan keji.

Kaum muslimin dikepung dari seluruh dunia, mereka yang istiqamah menjalankan syari’at bagai memegang bara; sangat panas dan hampir-hampir tak mampu untuk menggenggamnya. Dunia terasa sempit bagi setiap mukmin, tidak ada tempat berlari atau wilayah aman untuk tegaknya hukum hukum Allah.Al-Mahdi yang dijanjikan akan muncul di saat fitnah benar-benar tidak ada jalan keluar, saat kaum muslimin telah mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaga mereka untuk menegakkan seruan-Nya, namun kebengisan musuh dan makar mereka semakin menggila.

Di saat manusia dilanda perselisihan dan pertikaian, Al Mahdi akan datang untuk memerangi kedzaliman, menaklukkan seluruh dunia, hingga benar benar hanya Allah yang disembah. “Demi Allah, andaikan umur dunia tinggal satu hari, niscaya Allah akan panjangkan hingga Ia membangkitkan seorang lelaki dari keluargaku. Namanya sama dengan namaku, nama bapaknya juga sama dengan nama bapakku dan ia menebarkan kedamaian di bumi.” [HR. Tirmidzi]


(2) Kehancuran Ideologi Demokrasi Sekuler Liberal

trojan-democracy-horse
Sebagaimana penjelasan yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, bahwa kemunculan khilafah rasyidah akan terjadi setelah lewatnya periode mulkan jabbar (raja-raja diktator). Isyarat dalam nubuwat tersebut adalah bahwa ideologi yang muncul menggantikan ideologi diktator justru semakin mendekatkan kita dengan masa kemunculan Al-Mahdi.

Dalam hal ini, fenomena tumbangnya rezim diktator di beberapa negara (khususnya negara-negara berpenduduk muslim) merupakan indikasi kuat bahwa Allah benar-benar akan mengangkat periode itu dari umat Islam. Maka, keberadaan ideologi demokrasi yang menggeser rezim diktator (mulkan jabbar) hanyalah fase antara, sebuah jeda yang mengawali kemunculan fase terakhir, yaitu khilafah rasyidah menurut manhaj nubuwah dimana Al-Mahdi sebagai khalifahnya.

Sebenarnya keberadaan ideologi sekuler yang melahirkan demokrasi liberal telah memunculkan kediktatoran gaya baru yang berlindung di balik baju demokrasi. Para diktator itu juga banyak berlindung di balik HAM. Hal ini bisa kisa saksikan ketika sebuah masyarakat (negara) dengan suara mayoritas menghendaki tegaknya hukum Islam, maka para diktator (barat) itu dengan berbagai dalih berupaya untuk menggagalkan yang mereka inginkan.

Sebaliknya, jika dengan demokrasi dan produk turunannya (pemilu) mereka mendapatkan kemenangan (atau sesuai dengan apa yang mereka inginkan), maka dengan mati-matian pula mereka akan membelanya. Keadaan ini boleh jadi akan terus berlangsung hingga akhirnya masyarakat dunia mengetahui bahwa apa yang selama ini berlangsung bukanlah hakikat dari demokrasi yang banyak mereka pahami, melainkan demokrasi liberal yang diinginkan oleh barat.

Demokrasi ini adalah sebuah ideologi yang diproduksi untuk membela dan melindungi kepentingan Barat, bukan untuk kepentingan manusia seluruh dunia. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka dengan sendirinya kepercayaan masyarakat dunia hilang hingga akhirnya demokrasi akan ditinggalkan. Dan nampaknya inilah fenomena yang banyak kita saksikan terjadi pada negara-negara yang tengah mempraktikkan demokrasi liberal.

Jika periode zaman diktator telah berakhir dengan kemunculan demokrasi sekuler liberal, lalu ideologi ini juga dengan sendirinya runtuh dengan berbagai sebab yang telah kita bicarakan di atas, maka konsekwensi yang akan muncul adalah kembalinya khilafah rasyidah adalah sebuah kepastian, tidak mungkin tidak. Karena Imam Mahdi adalah seorang pemimpin muslim yang akan mempraktikkan hukum Islam secara total dalam kepemimpinannya, maka dengan sendirinya ideologi sekuler dan praktik demokrasi akan dibersihkan dari wilayah kekuasaannya, dan itu akan terjadi pada seluruh dunia. Dengan demikian Imam Mahdi pasti akan menghancurkan sistem ini, juga sistem-sistem kufur lainnya.


(3) Kehancuran Ekonomi Kapitalis Ribawiyah Dan Semua Institusinya

LehmanBrothers
Kondisi lain yang juga mengiringi keluarnya Al-Mahdi adalah dimulainya fase kehancuran ekonomi barat yang bercorak kapitalis, dimana sistem ekonomi ribawiah merupakan salah satu pilar penting bagi tegaknya sistem ekonomi ini.
Indikasi yang paling riil adalah problematika ekonomi, sosial dan politik dalam negeri Amerika yang sedang menuju status sekarat.

Hubungannya dengan kemunculan Al-Mahdi adalah bahwa fase kehancuran ekonomi kapitalis ribawiyah ini akan mengawali kehancuran dunia secara umum.

Dapat kita bayangkan jika akhirnya masyarakat seluruh dunia harus kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan pokok karena tidak beroperasinya kembali pabrik-pabrik yang memproduksi seluruh kebutuhan mereka (disebabkan runtuhnya pondasi ekonomi mereka), maka jalan menuju kemiskinan dan kehancuran total telah terbentang di depan mata.
Kondisi ini memiliki hubungan erat dengan masa-masa sulit yang akan dihadapi oleh manusia sebelum kemunculan Dajjal.


(4) Musnahnya Sistem Mata Uang Kertas dan Kembalinya Era Dinar Dirham

dollar
Semakin menambah runyam dan carut-marutnya kondisi manusia saat itu adalah dimulainya masa kehancuran mata uang kertas dan kembalinya manusia kepada mata uang yang sesungguhnya, yaitu dinar dan dirham (emas dan perak).

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nilai dan harga sebuah mata uang tergantung dengan kredibilitas dan kekuasaan yang dimiliki oleh kepemimpinan sebuah negara.

Ketika sebuah rezim ditumbangkan, lalu rezim penggantinya menyatakan tidak diberlakukannya mata uang kertas rezim sebelumnya, maka dengan sendirinya mata uang kertas tersebut tidak berlaku.
Demikian pula yang kelak akan terjadi pada Amerika dan negara-negara Eropa pada umumnya.

Ketika itu perekonomian mereka hancur dihantam gelombang tsunami moneter dan krisis kepemimpinan yang membuat satu sama lainnya saling berperang untuk berebut kekuasaan.

Faktor lain yang juga mengambil peran cukup besar adalah kehancuran negeri tersebut karena faktor-faktor alam berupa bencana alam dalam skala yang sangat besar.


(5) Kembalinya Manusia Ke Zaman Unta

romawi vs islam
Hal lain yang juga menggambarkan betapa mengerikannya huru-hara dan bencana yang akan menimpa manusia adalah ketika mereka kelak akan kembali ke zaman unta; zaman batu yang jauh dari teknologi modern.
Analisis tentang kembalinya manusia ke zaman unta telah banyak dipaparkan oleh para penulis tentang akhir zaman dengan sudut pandang yang berbeda.
Dasar yang menjadi pijakan asumsi di atas adalah hadits Rasulullah saw tentang perang Malhamatul Kubra  antara pasukan Al-Mahdi dan pasukan Romawi (Amerika dan Eropa) yang sudah tidak lagi menggunakan teknologi modern.


(6) Kehancuran Ekonomi Dunia Di Masa Tiga Tahun Kekeringan

kekeringan
Dengan hancurnya pusat ekonomi dunia, maka secara otomatis dan sistematis akan berimplikasi pada roda ekonomi seluruh dunia. Salah satu logika sederhana dalam kasus ini adalah beredarnya mata uang kertas (mata uang palsu) yang kemudian tidak lagi berfungsi sebagai alat pembayaran akibat hancurnya negara yang mengeluarkan mata uang tersebut.

Dengan kehancuran dollar, maka implikasinya juga akan merembet kepada mata uang-mata uang negara lainnya. Dengan demikian, setiap orang (di negara manapun) yang saat itu masih memegang mata uang kertas tak ubahnya seperti anak-anak yang bermain dengan mata uang kertas mainan, yang tak laku untuk digunakan sebagai alat pembayaran atas barang atau jasa riil yang diinginkannya.

Dalam kondisi seperti itu, pemenuhan kebutuhan manusia hanya akan terjadi dengan cara jual beli yang paling adil; barter! Atau dengan menggunakan mata uang yang memiliki nilai intristik yang adil; emas dan perak.

Dalam kondisi yang benar-benar membuat setiap orang mengalami depresi berat dan stress yang memuncak, saat itulah masa-masa sulit yang terjadi karena suasana alam yang tidak bersahabat akan dimulai.

Peristiwa kemarau panjang dan kekeringan ekstrim selama tiga tahun yang berimbas pada langkanya bahan pangan akan terjadi pada detik-detik menjelang keluarnya Dajjal, yang berarti merupakan kondisi dimana Al-Mahdi baru muncul dan mendeklarasikan kedaulatannya.


(7) Pembunuhan Dan Peperangan Demi Mempertahankan Hidup

Panjangnya masa kehancuran dan kerusakan ekonomi yang merata di setiap negeri, terjadinya instabilitas keamanan, tidak berfungsinya alat-alat negara (para polisi dan aparat) karena mereka sudah tidak lagi mendapatkan gaji dari pemerintah pusat, berhentinya mesin-mesin produksi dan pabrik-pabrik makanan dan minuman, tidak berfungsinya kantor-kantor pemerintahan dan pelayanan masyarakat, rusaknya teknologi tranportasi dan komunikasi dan beragam pemandangan mengerikan lainnya, akan melahirkan satu kengerian baru; berpacunya manusia untuk mempertahankan hidup dengan cara-cara kalap; membunuh dan merampas serta cara-cara brutal lainnya. Orang-orang yang kuat akan memangsa yang lemah dan hukum rimba akan mewarnai setiap kehidupan.

Rasulullah saw bersabda : “Sungguh, menjelang terjadinya Kiamat ada masa-masa harj.” Para sahabat bertanya : “Apakah harj itu ?” Beliau bersabda : “Pembunuhan.” Mereka bertanya : “Apakah lebih banyak jumlahnya dari orang yang kita bunuh? Sesungguhnya kita dalam satu tahun membunuh lebih dari tujuh puluh ribu orang?” Beliau bersabda : “Bukan pembunuhan orang-orang musyrik oleh kalian itu, tetapi pembunuhan dilakukan oleh sebagian kalian terhadap sesamanya. ” Mereka bertanya : “Apakah pada masa itu kami masih berakal?Beliau bersabda .-“Akal kebanyakan manusia zaman itu dicabut, kemudian mereka dipimpin oleh orang-orang yang tak berakal, ke­banyakan manusia menyangka para pemimpin itu mempunyai pegangan, padahal sama sekali tidak demikian. [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]
Barangkali saat itulah masa yang dijanjikan Rasulullah saw akan terjadi. Para pemimpin mereka sudah tidak lagi memiliki akal. Perang antar kelompok, aksi saling bunuh dan rampas bukan lagi berdasar pada agama, bahkan akal sehat sekalipun. Apa yang mereka lakukan berangkat dari kondisi mengerikan yang menyebabkan mereka sudah tidak lagi mampu berfikir normal. Tindakan mereka benar-benar kalap, penuh nafsu, tidak rasional, dan akal manusia saat itu sudah benar-benar dicabut saking tidak sanggupnya melihat kondisi yang sama sekali tidak pernah mereka bayangkan.
Wallahu a’lam bish shawab.
»»  READMORE...

Tanda-Tanda Kemunculan Imam Mahdi

mujahidin islam 
Para ulama membagi Tanda-tanda Akhir Zaman menjadi dua. Ada Tanda-tanda Kecil dan ada Tanda-tanda Besar Akhir Zaman. Tanda-tanda Kecil jumlahnya sangat banyak dan datang terlebih dahulu. Sedangkan Tanda-tanda Besar datang kemudian jumlahnya ada sepuluh. Alhamdulillah, Allah sayang sama umat manusia. Sehingga Allah datangkan tanda-tanda kecil dalam jumlah banyak sebelum datangnya tanda-tanda besar. Dengan demikian manusia diberi kesempatan cukup lama untuk merenung dan bertaubat sebelum tanda-tanda besar berdatangan.
Banyak pendapat mengatakan bahwa kondisi dunia dewasa ini berada di ambang datangnya tanda-tanda besar Kiamat. Karena di masa kita hidup dewasa ini sudah sedemikian banyak tanda-tanda kecil yang bermunculan. Praktis hampir seluruh tanda-tanda kecil kiamat yang disebutkan oleh Nabishollallahu ’alaih wa sallamsudah muncul semua di zaman kita. Maka kedatangan tanda-tanda besar tersebut hanya masalah waktu. Tanda besar pertama yang bakal datang ialah keluarnya Dajjal. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa sebelum munculnya Dajjal harus datang terlebih dahulu Tanda Penghubung antara tanda-tanda kecil kiamat dengan tanda-tanda besarnya. Tanda Penghubung dimaksud ialah diutusnya Imam Mahdi ke muka bumi.

Dalam sebuah hadits Nabishollallahu ’alaih wa sallammengisyaratkan bahwa Imam Mahdi pasti datang di akhir zaman. Ia akan memimpin ummat Islam keluar dari kegelapan kezaliman dan kesewenang-wenangan menuju cahaya keadilan dan kejujuran yang menerangi dunia seluruhnya. Ia akan menghantarkan kita meninggalkan babak keempat era para penguasa diktator yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya dewasa ini menuju babak kelima yaitu tegaknya kembali kekhalifahan Islam yang mengikuti manhaj, sistem atau metode Kenabian.

لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيهِ
رجل مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمُ أَبِي
يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
“Andaikan dunia tinggal sehari sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan.” (HR abu Dawud 9435)

Lelaki keturunan Nabi Muhammadshollallahu ’alaih wa sallamtersebut adalah Imam Mahdi. Ia akan diizinkan Allah untuk merubah keadaan dunia yang penuh kezaliman dan penganiayaan menjadi penuh kejujuran dan keadilan. Subhanallah…! Beliau tentunya tidak akan mengajak ummat Islam berpindah babak melalui perjalanan tenang dan senang laksana melewati taman-taman bunga indah atau melalui meja perundingan dengan penguasa zalim dewasa ini apalagi dengan mengandalkan sekedar ”permainan kotak suara”..! Imam Mahdi akan mengantarkan ummat Islam menuju babak Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah melalui jalan yang telah ditempuh Nabi Muhammadshollallahu ’alaih wa sallamdan para sahabatnya, yaitu melalui al-jihad fi sabilillah.

Imam Mahdi akan berperan sebagai panglima perang ummat Islam di akhir zaman. Beliau akan mengajak ummat Islam untuk memerangi para Mulkan Jabriyyan (Para Penguasa Diktator) yang telah lama bercokol di berbagai negeri-negeri di dunia menjalankan kekuasaan dengan ideologi penghambaan manusia kepada sesama manusia. Bila Allah mengizinkan Imam Mahdi untuk menang dalam berbagai perang yang dipimpinnya, maka pada akhirnya ia akan memimpin dengan pola kepemimpinan berideologi aqidah Tauhid, yaitu penghambaan manusia kepada Allah semata. Banyak ghazawat (perang) akan dipimpin Imam Mahdi. Dan –subhaanallah- Allah akan senantiasa menjanjikan kemenangan baginya.
تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ
ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ
“Kalian perangi jazirah Arab dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian Persia (Iran), dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Rum, dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Dajjal,dan Allah beri kalian kemenangan.” (HR Muslim 5161)

Lalu apa sajakah indikasi kedatangan Imam Mahdi? Dalam sebuah hadits Nabishollallahu ’alaih wa sallammemberikan gambaran umum indikasi kedatangan Imam Mahdi. Ia akan diutus ke muka bumi bilamana perselisihan antar-manusia telah menggejala hebat dan banyak gempa-gempa terjadi. Dan kedua fenomena sosial dan fenomena alam ini telah menjadi semarak di berbagai negeri dewasa ini.
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ
وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad 10898)

Hadits berikut ini bahkan memberikan kita gambaran bahwa kedatangan Imam Mahdi akan disertai tiga peristiwa penting. Pertama,perselisihan berkepanjangan sesudah kematianseorang pemimpin. Kedua, dibai’atnya seorang lelaki (Imam Mahdi) secara paksa di depan Ka’bah. Ketiga, terbenamnya pasukan yang ditugaskan untuk menangkap Imam Mahdi dan orang-orang yang berbai’at kepadanya. Allah benamkan seluruh pasukan itu kecuali disisakan satu atau dua orang untuk melaporkan kepada penguasa zalim yang memberikan mereka perintah untuk menangkap Imam Mahdi.

يَكُونُ اخْتِلَافٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيهِنَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كَارِهٌ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ
وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ
“Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah.” (HR Abu Dawud 3737)

Saudaraku, sebagian pengamat tanda-tanda akhir zaman beranggapan bahwa indikasi yang pertama telah terjadi, yaitu perselisihan dan kekacauan yang timbul sesudah wafatnya seorang pemimpin. Siapakah pemimpin yang telah wafat itu? Sebagian berspekulasi bahwa yang dimaksud adalah Saddam Husein. Karena semenjak kematiannya, negeri Irak berada dalam kekacauan berkepanjangan. Wallahua’lam bish-showwab. Bila analisa ini benar berarti dewasa ini kita sudah harus bersiap-siap untuk berlangsungnya pembai’atan paksa Imam Mahdi di depan Ka’bah.

Saudaraku, bila ketiga peristiwa di atas telah terjadi, berarti Ummat Islam di seluruh penjuru dunia menjadi tahu bahwa Imam Mahdi telah datang diutus ke muka bumi. Panglima ummat Islam di Akhir Zaman telah hadir.. . Dan bila ini telah menjadi jelas kitapun terikat dengan pesan Nabishollallahu ’alaih wa sallamsebagai berikut:
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ
“Ketika kalian melihatnya (kehadiran Imam Mahdi), maka berbai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Abu Dawud 4074)
Ya Allah, izinkanlah kami bergabung dengan pasukan Imam Mahdi. Ya Allah anugerahkanlah kami rezeki untuk berjihad di jalanMu bersama Imam Mahdi lalu memperoleh salah satu dari dua kebaikan: ’isy kariman (hidup mulia di bawah naungan syariat Allah) atau mut syahidan (mati syahid). Amin…
»»  READMORE...

Kamis, 11 Desember 2014

Balikpapan, Pertempuran Akbar Penutup Perang Dunia Kedua

Di kota inilah pasukan Sekutu melancarkan pertempuran besar-besaran yang terakhir di darat selama Perang Dunia Kedua--dan nyaris terlupakan.

Balikpapan, Pertempuran Akbar Penutup Perang Dunia KeduaTugu Australia. Sebuah monumen yang mengenang Penyerbuan Balikpapan oleh pasukan Divisi Ketujuh Australia pada 1 Juli 1945 hingga menyerahnya Jepang pada 14 Agustus 1945. Penanda zaman ini berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Balikpapan, Kalimantan Timur. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)
Ini sebuah kisah lawas tentang tugu kusam dengan lukisan pedang hitam di puncaknya. Cat putih di sekujur dindingnya telah mengelupas sempurna. Meskipun tugu kusam itu terpancang membelah jalanan, tampaknya sedikit warga yang menaruh kepedulian. Sosoknya benar-benar ibarat wajah renta yang memelas di keramaian Kota Balikpapan yang panas.
Lukisan pedang bercat hitam itu mengingatkan sebagian orang pada Monumen Salib Pengorbanan di permakaman serdadu persemakmuran Inggris korban Perang Dunia. Dan, tugu tersebut didirikan bertujuan untuk mengenang serdadu Australia—persemakmuran Inggris—yang binasa dalam Pertempuran Balikpapan Juli 1945. Warga menjulukinya dengan “Tugu Australia”.
Pada awalnya, yang tertera bukanlah lukisan, melainkan pedang logam. Entah sejak kapan pedang tersebut raib dan diganti dengan sekedar lukisan pedang.
Balikpapan yang dikuasai Jepang sejak awal 1942, merupakan kota yang strategis lantaran menjadi pelabuhan minyak utama di Asia Timur. Selama Mei hingga Agustus 1945 pasukan Australia bertempur untuk membebaskan Pulau Borneo dari pendudukan Jepang yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun.
Plakat tembaga yang berkisah ...Plakat tembaga yang berkisah tentang Penyerbuan Divisi Ketujuh Australia ke Balikpapan yang saat itu diduduki Jepang. Penanda sejarah ini mengingatkan kita pada manusia yang tewas karena kengerian perang. Plakat ini dibangun berkat bantuan WMC Limited untuk menemani tugu. Seniman pengukirnya bernama Ross J. Bastian, dibuat pada 1998. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)
Peta Penyerbuan Balikpapan oleh ...Peta Penyerbuan Balikpapan oleh Divisi Ketujuh Australian Imperial Force pada Juli 1945. (Australian Survey Corps/Wikimedia)
 
Operasi Oboe-2, demikian sandi operasi militer Divisi Ketujuh Australia dalam penyerbuan ke Balikpapan yang bermula pada 1 Juli 1945. Mereka bersama serdadu Sekutu melakukan pendaratan dari pantai Balikpapan, yang bertujuan untuk mengamankan pengolahan minyak dan fasilitas pelabuhan.
Penyerbuan pantai tersebut berlanjut ke daratan, hingga Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu. Kecamuk pertempuran utama terjadi hingga pada 21 Juli 1945, kemudian dilanjutkan dengan pertempuran skala kecil di pelosok Balikpapan.
Di sisi depan Tugu Australia, terdapat plakat tembaga yang berkisah tentang kecamuk pertempuran yang heroik karya seniman bernama Ross J. Bastian, dibuat pada 1998. Plakat itu bertajuk “Balikpapan and Australia 1945” berikut dengan pemaparan dwi-bahasa, Indonesia dan Inggris.
“Dalam penyerbuan melalui laut yang direncanakan dan dikoordinasi dengan baik terhadap Tarakan, Teluk Brunei dan Balikpapan,” demikian plakat tersebut berkisah, “pasukan Australia menerjang dan mengalahkan pasukan Jepang yang siap siaga dan gigih bertahan.”
Pemandangan di sepanjang pantai ...Pemandangan di sepanjang pantai Balikpapan segera setelah pasukan dari Divisi Ketujuh dalam Operasi Oboe-2. DUKW dan Alligator amfibi tampak pada latar depan. Foto pada 1 Juli 1945. (Australian War Memorial)


Satu peleton infanteri didukung ...Satu peleton infanteri didukung oleh kendaraan lapis baja maju untuk menyapu Klandasan dari kuasa Jepang yang tersisa. Klandasan adalah pinggiran kota Balikpapan. Foto pada Juli 1945. (Jack Band/Australian War Memorial)
Jelang fajar 1 Juli 1945, Pasukan Australia melancarkan operasi amfibinya yang terbesar, gabungan kekuatan darat, laut, dan udara. Mereka menyerbu pantai di sebelah selatan kota Balikpapan. Sebanyak 33.000 serdadu Australia turut terlibat dalam operasi militer. Mereka menyerang daratan yang dipertahankan oleh sekitar 3.000 serdadu Jepang.
Kemudian dari pihak Sekutu (serdadu KNIL dan United States Army) meluncurkan pemboman  sehingga menghancurkan pertahanan pantai pihak Jepang. Tatkala senja Divisi Ketujuh berhasil meretas pertahanan musuh sejauh dua kilometer ke arah pedalaman. Meskipun mereka berhasil menguasai Kota Balikpapan pada keesokan harinya, kedua lapangan terbang di pantai timur baru ditaklukkan pada 9 Juli 1945.
Pertempuran di sisi utara dan sisi barat kota berlanjut selama lebih dari dua minggu. Sementara pasukan Jepang yang berada di parit perlindungan menahan setiap gerakan maju pasukan Australia.
Di tepian jalan, dua seorang ...Di tepian jalan, dua orang serdadu Australia membagikan biskuit tentara kepada warga setempat yang baru saja pulang dari pengungsian menuju ladang dan rumah mereka di pinggiran Balikpapan. Foto pada Juli 1945. (Australian War Memorial)
Divisi Ketujuh Australia ...Divisi Ketujuh Australia menangkap serdadu Jepang yang menjadi tawanan perang pada 1 Juli 1945. Mereka dibawa ke Balikpapan setelah menyeberang teluk. (Australian War Memorial)
salah satu bungker yang ...Salah satu bungker yang dibangun Jepang di sepanjang Pantai Manggar, Balikpapan, Kalimantan Timur. Banyak bungker tinggalan Perang Dunia Kedua yang tak terawat, bahkan sebagian telah dibongkar. Pertahanan pantai yang sekaligus tempat berlindung dari serangan udara ini lumpuh pada 1 Juli 1945 (Mahandis Y. Thamrin/NGI)
 
“Penyerbuan Balikpapan merupakan operasi sekutu besar-besaran yang terakhir di darat selama Perang Dunia Kedua,” demikian plakat berkisah. “Dan, pertempuran itu baru selesai dengan berakhirnya perang pada tanggal 14 Agustus 1945.”
Untuk menaklukkan Jepang, pada awalnya armada Sekutu memiliki enam rencana operasi militer. Penyerbuan Tarakan (Oboe-1), penyerbuan Balikpapan (Oboe-2), penyerbuan Banjarmasin (Oboe 3), penyerbuan Surabaya atau Jakarta (Oboe-4), penyerbuan kawasan timur Indonesia (Oboe-5), dan penyerbuan ke Sabah (Oboe-6). Namun, pada akhirnya hanya tiga dari enam operasi militer tersebut yang terwujud: penyerbuan ke Tarakan, Balikpapan, dan Sabah.
Menurut Australian War Memorial, penyerbuan Balikpapan merupakan salah satu operasi Australia yang paling kontroversial selama Perang Dunia Kedua. Panglima pasukan Australia Jenderal Sir Thomas Blamey, sebenarnya justru menyarankan pemerintah untuk menarik dukungannya untuk Operasi Oboe-2.

Tampaknya Blamey melihat bahwa operasi Australia di Kalimantan tidak akan berhasil mengalahkan Jepang. Namun, Panglima Kawasan Barat Daya Pasifik Jenderal Douglas MacArthur yang telah merancang Operasi Oboe tetap bergerak ke Balikpapan.
Operasi Oboe-2 di Balikpapan merupakan serangan amfibi besar-besaran yang terakhir dalam Perang Dunia Kedua. Operasi militer ini juga menjadi ekspedisi terakhir bagi pasukan Australia dalam melawan Jepang.
Plakat tersebut juga mewartakan kengerian Operasi Oboe-2. Kecamuk di kota pelabuhan minyak itu telah membinasakan 229 serdadu Divisi Ketujuh Australia, dan 634 terluka. Sementara di pihak Jepang sejumlah 2.032 serdadunya binasa dan 63 lainnya menjadi tawanan perang.

Sebuah keluarga Jawa memandang ...Sebuah keluarga Jawa memandang tugu peringatan kepada serdadu Australian Imperial Force (AIF) yang tewas (kini disebut Tugu Australia). Keluarga itu baru saja dibebaskan dari sebuah kamp kerja paksa di Balikpapan. Foto pada 4 Januari 1946 (Lt.Prior/Australian War Memorial)
Film dokumenter berjudul "Allies Invade Balikpapan" yang mengisahkan tentang penyerbuan Australia bersama pasukan Sekutu ke Balikpapan Juli 1945 (National Archives and Records Administration)

Hingga saat ini, hubungan Republik Indonesia dan Australia memang mengalami pasang surut. Namun, plakat itu menorehkan sejuta kenangan karib bagi keduanya. “Sejak masa perang itu Indonesia dan Australia telah meningkatkan pertukaran di bidang kebudayaan pendidikan dan ekonomi,” ungkap plakat itu pada paragraf terakhirnya. “Kedua negara tersebut sekarang hidup dengan damai dan rakyatnya akan selalu mengingat mereka yang telah mengorbankan jiwanya untuk mencapai tujuan tersebut.”
Di baris paling akhir terdapat tiga kata yang menajdi himbauan kepada siapa saja untuk mengenang mereka yang tewas, “Lest We Forget”—jangan sampai kita lupa.
“Indonesia itu Terrabellica—wilayah perang,” ujar Saleh As’ad Djamhari, seorang sejarawan militer, purnawirawan, dan sekaligus pengajar di FIB Universitas Indonesia. Saleh pernah mengungkapkan bahwa setiap kali terjadi perang antara dua pihak, perang itu selalu terjadi di Indonesia—Portugis vs. Spanyol, Inggris vs. Belanda-Prancis, dan Australia vs. Jepang. Kendati terjadi di wilayah Nusantara, bangsa ini tidak berpartisipasi dalam pertempuran mereka.
“Orang Indonesia itu sebagai penonton perang yang baik,” ujarnya. “Sampai zaman Jepang, kita hanya menonton dan mendengarkan cerita.”

Pemandangan Kota Balikpapan ...Pemandangan Kota Balikpapan kala senja tenggelam. Sebuah kota tepian pantai yang tumbuh pesat sejak ditemukannya tambang minyak bumi pada 1897. (Mahandis Y. Thamrin/NGI)
»»  READMORE...

Kisah Penduduk Ailah, Kaum Bani Israa’iil yang Diubah Menjadi Kera-kera Karena Melanggar Hari Sabtu

Many_monkeys_by_EastMonkeyKisah ini Allah Ta’ala firmankan dalam kitabNya yang mulia. Allah Jalla Jalaaluh berfirman :
وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لا يَسْبِتُونَ لا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ. وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ. فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ. فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
“Dan tanyakanlah kepada bani Israa’iil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami menguji mereka disebabkan mereka berlaku fasiq. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertaqwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasiq. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya, “Jadilah kamu kera yang hina!” [QS Al-A’raaf : 163-166]
FirmanNya :
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ. فَجَعَلْنَاهَا نَكَالا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!” Maka Kami jadikan yang demikian itu sebagai peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” [QS Al-Baqarah : 65-66]
Serta firmanNya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آمِنُوا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَى أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولا
“Hai orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami mengubah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.” [QS An-Nisaa’ : 47]
Al-Imam Ibnu Jariir Ath-Thabariy dalam Tafsiir-nya[1], menyebutkan beberapa perbedaan pendapat mengenai tempat yang dimaksud dalam ayat-ayat diatas. ‘Abdullaah bin Katsiir, Ismaa’iil As-Suddiy, ‘Ikrimah, Qataadah, Mujaahid, dan Ibnu ‘Abbaas berkata bahwa yang dimaksud adalah “Ailah”, Ibnu ‘Abbaas menambahkan “sebuah tempat yang berada diantara Madyan dan Ath-Thuur”. ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata bahwa yang dimaksud adalah “Maqnaa, berada diantara Madyan dan ‘Ainuunaa”. Ibnu ‘Abbaas dalam pendapatnya yang lain berkata bahwa yang dimaksud adalah “Madyan, sebuah desa yang berada diantara Ailah dan Ath-Thuur”.
Dari berbagai perbedaan pendapat tersebut, yang benar bahwa tempat yang dimaksud adalah sebuah desa atau negeri yang terletak di dekat laut, boleh jadi ia adalah Ailah, boleh jadi ia adalah Madyan, boleh jadi ia adalah Maqnaa, dikarenakan tempat-tempat tersebut berada di dekat laut dan tidak ada khabar dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk memutuskan perkara yang demikian, demikian kata Ibnu Jariir.
Al-Haafizh Ibnu Katsiir lebih menguatkan pendapat bahwasanya yang dimaksud adalah Ailah. Wallaahu a’lam.
Mereka, para penduduk Ailah tersebut, adalah orang-orang yang kokoh memegang ajaran Taurat dalam hal pengharaman hari Sabtu pada zaman tersebut. Pada hari Sabtu, ikan-ikan berenang dengan tenang di permukaan air dekat dengan tempat mereka, pada hari itu Allah mengharamkan perburuan ikan kepada mereka dan diharamkan pula semua aktivitas bekerja, perdagangan-perdagangan, dan usaha-usaha yang lain sebagaimana diharamkan berburu ikan di hari Sabtu.
Firman Allah Ta’ala :
وَيَوْمَ لا يَسْبِتُونَ لا تَأْتِيهِمْ
“Dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.” Hal ini dikarenakan mereka biasa berburu ikan pada hari-hari selain hari Sabtu.
Firman Allah Ta’ala :
كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ
“Demikianlah Kami menguji mereka.” Yaitu Kami menguji mereka dengan banyaknya ikan-ikan pada hari Sabtu.
Firman Allah Ta’ala :
بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
“Disebabkan mereka berlaku fasiq.” Yaitu disebabkan kefasiqan mereka yang telah lampau. Ketika mereka mengetahui hal tersebut, mereka membuat semacam tipu muslihat agar mereka tetap dapat berburu ikan pada hari Sabtu yaitu dengan cara meletakkan jaring-jaring dan perangkap-perangkap ikan, lalu membuat parit-parit yang dapat dialiri air sehingga air itu membawa ikan-ikan tersebut masuk ke parit-parit yang sudah mereka persiapkan yang apabila ikan-ikan tersebut telah masuk, maka mereka tidak akan bisa keluar dari situ. Mereka melakukan ini pada hari Jum’at. Jika telah tiba hari Sabtu, banyaklah ikan-ikan yang tertangkap pada jaring-jaring, tiada satu ikan pun yang selamat di hari Sabtu itu. Orang-orang Yahudi mengambil ikan-ikan itu setelah hari Sabtu. Mereka telah melanggar perintah Allah, melanggar hal-hal yang diharamkan olehNya dengan melakukan tipu muslihat tersebut, maka Allah murka dan mengutuk mereka.
Ketika segolongan dari orang-orang durjana tersebut melakukan pelanggaran larangan dan berburu ikan di hari Sabtu, maka sebagian lainnya yang tidak melakukan pelanggaran itu terpecah menjadi dua golongan, golongan yang satu yang mana mereka mengingkari perbuatan tersebut dan tipu muslihat yang dilakukan, sedangkan golongan yang lain adalah mereka yang bersikap diam, tidak mengerjakan dan tidak pula dilarang tetapi mereka berkata kepada golongan yang melakukan pengingkaran terhadap perbuatan haram tersebut, seperti yang disebutkan dalam firmanNya :
لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا
“Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?” Maksudnya adalah, apa manfaatnya kalian melarang dan mengingkari mereka? Bukankah kalian telah mengetahui bahwa mereka akan binasa dan berhak mendapat hukuman Allah?
Maka golongan yang mengingkari perbuatan itu menjawabnya :
مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertaqwa.” Maksudnya, kami melakukan ini sebagai bentuk amar ma’ruuf nahi munkar kepada saudara-saudara kami, kami melakukan ini karena takut terhadap Rabb dan jika nanti kami ditanya oleh Rabb kami, maka kami sudah menunaikan kewajiban kami, yaitu memberitahukan kepada mereka bahwa mereka telah melakukan hal yang diharamkan Rabb kami. Kami berharap, dengan adanya pengingkaran ini mereka meninggalkan perbuatan tersebut dan Allah menyelamatkan mereka dari siksaNya dan menerima taubat mereka.
Firman Allah Ta’ala :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat.” Maksudnya, orang-orang yang melanggar tersebut tidak menoleh sedikitpun kepada peringatan dari golongan yang mengingkari mereka, maka Allah Ta’ala selamatkan golongan yang melakukan amar ma’ruuf nahi munkar dari makar orang-orang jahat.
Dan firmanNya :
وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ. فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
“Dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasiq. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya, “Jadilah kamu kera yang hina!”
Allah Ta’ala telah mengkhabarkan bahwa Dia telah membinasakan orang-orang yang zhalim dengan adzab yang keras dan menyelamatkan orang-orang beriman yang mengingkari perbuatan mereka. Dalam hal ini, Allah tidak menyebutkan nasib orang-orang yang bersikap tawaqquf terhadap kemungkaran orang-orang yang zhalim. Maka ada dua pendapat para ulama tafsir terkait hal ini. Sebagian mereka berpendapat bahwa golongan yang diam termasuk orang-orang yang diselamatkan Allah sementara yang lain berpendapat bahwa mereka termasuk orang-orang yang ikut dibinasakan Allah.
Pendapat yang shahih menurut para ulama muhaqqiq adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbaas, pemimpin para ahli tafsir Al-Qur’an, yaitu mereka (golongan yang tawaqquf tersebut) tidak digolongkan kepada orang-orang yang selamat sebab meskipun hati mereka tidak ridha terhadap perbuatan haram tersebut, hanya saja sepantasnya bagi golongan tersebut untuk melaksanakan amalan yang dianjurkan yaitu pengingkaran secara lisan, ini merupakan tingkatan nahi munkar yang paling tengah dari tiga tingkatan yang mana tingkatan yang paling tinggi adalah mengingkari dengan tangan, lalu mengingkari dengan lisan, dan yang terakhir mengingkari dengan hati. Ketika mereka bersikap tawaqquf, tidak berusaha untuk memberi peringatan, maka mereka tidak digolongkan kepada golongan orang-orang yang diselamatkan Allah Ta’ala.
Diriwayatkan Al-Imam Ibnu Jariir[2] dengan sanad hingga Al-Hasan bin ‘Athiyyah, dari Ayahnya (yaitu ‘Athiyyah Al-‘Aufiy), dari Ibnu ‘Abbaas, mengenai firman Allah, “Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya, “Jadilah kamu kera yang hina!”, Ibnu ‘Abbaas berkata :
فجعل الله منهم القردة والخنازير. فزعم أن شباب القوم صاروا قردة، وأن المشيخة صاروا خنازير
“Allah menjadikan mereka kera-kera dan babi-babi, maka ada yang menyatakan bahwa para pemuda kaum tersebut berubah menjadi kera-kera dan para orang tuanya berubah menjadi babi-babi.”
Al-Imam Ibnu Jariir[3] meriwayatkan dengan sanad hingga Sa’iid bin Abi ‘Aruubah, dari Qataadah, mengenai firman Allah, “Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya,” Qataadah mengatakan :
لما مرد القوم على المعصية. قلنا لهم كونوا قردة خاسئين، فصاروا قردة لها أذناب تعاوى بعد ما كانوا رجالا ونساء
“Ketika kaum tersebut melampaui batas atas perbuatan maksiat mereka, (Allah berfirman) Kami katakan kepadanya, “Jadilah kamu kera yang hina!” Maka mereka berubah menjadi kera-kera yang memiliki ekor yang saling berkerumun setelah dahulunya mereka berwujud para lelaki dan wanita.”
Al-Imam Ibnu Abi Haatim[4] meriwayatkan dengan sanad hingga Ibnu Abi Najiih, dari Mujaahid, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata :
إِذَا كَانَ الَّذِينَ اعْتَدَوْا فِي السَّبْتِ فَجُعِلُوا قِرَدَةً فَوَاقًا، ثُمَّ هَلَكُوا مَا كَانَ لِلْمَسْخِ نَسْلٌ
“Apabila orang-orang Yahudi yang melanggar di hari Sabtu, maka dijadikanlah mereka kera-kera yang nyata, kemudian mereka binasa, tidaklah mereka dapat berketurunan dengan perubahan wujud mereka itu.”
Dan diriwayatkan[5] dengan sanad hingga Ibnu Abi Najiih, dari Mujaahid :
فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ، قَالَ: مُسِخَتْ قُلُوبُهُمْ، وَلَمْ يُمْسَخُوا قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ، وَإِنَّمَا هُوَ مَثَلٌ ضَرَبَهُ اللَّهُ لَهُمْ، مِثْلَ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا
Lalu Kami berfirman kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina!” Mujaahid berkata, “Diubahlah hati-hati mereka dan bukanlah (jasad) mereka yang diubah menjadi kera-kera dan babi-babi. Sesungguhnya hal tersebut adalah perumpamaan Allah kepada mereka, bagaikan perumpamaan keledai yang membawa (beban berat) di sejumlah perjalanan.”
Pendapat Mujaahid ini adalah pendapat yang asing yang dinisbatkan kepada Al-Imam Mujaahid, menyelesihi teks Al-Qur’an dan pendapat para ulama dari kalangan salaf maupun khalaf.
Selesai. Semoga bermanfaat sebagai ibrah kita dalam hal amar ma’ruuf nahi munkar.
Wallaahu a’lam.
Diselesaikan di Ciputat, 27 Ramadhan 1435 H
Tommi Marsetio
Sumber :
“Al-Bidaayah wa An-Nihaayah”, karya Al-Haafizh Abul Fidaa’ Ibnu Katsiir, tahqiiq : Dr. ‘Abdullaah bin ‘Abdil Muhsin At-Turkiy, penerbit Daar Hijr, cetakan pertama.
Footnotes :
[1] Jaami’ul Bayaan ‘an Ta’wiili aay Al-Qur’an 10/507-509, tahqiiq : Dr. ‘Abdullaah bin ‘Abdil Muhsin At-Turkiy, Daar Hijr.
[2] Jaami’ul Bayaan 10/529, dengan sanad yang lemah. Al-Hasan bin ‘Athiyyah, Al-Haafizh dalam At-Taqriib no. 1256 melemahkannya. Sedangkan ‘Athiyyah Al-‘Aufiy, dikatakan oleh Al-Haafizh dalam At-Taqriib no. 4616, “shaduuq, banyak kelirunya, pengikut syi’ah dan mudallis.”
[3] Jaami’ul Bayaan 10/529, dengan sanad yang shahih. Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Mu’aadz, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yaziid, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sa’iid, dari Qataadah, perkataannya.
Yaziid, ia adalah Yaziid bin Zurai’, kata Al-Haafizh ia tsiqah tsabt (At-Taqriib no. 7713). Sa’iid bin Abi ‘Aruubah, kata Al-Haafizh ia tsiqah haafizh, memiliki karya tulis namun banyak melakukan tadlis dan mengalami ikhtilath, orang paling tsabt pada Qataadah (At-Taqriib no. 2365).
Namun Yaziid bin Zurai’ mendengar dari Sa’iid sebelum ikhtilath-nya. Ahmad bin Hanbal berkata :
سماع يزيد بن زريع من سعيد قديم
“Penyimakan Yaziid bin Zurai’ dari Sa’iid adalah penyimakan yang terdahulu (sebelum ikhtilath).”
Dan Abu Ahmad bin ‘Adiy Al-Jurjaaniy berkata :
وأثبتهم فيه : يزيد بن زريع، وخالد بن الحارث، ويحيى بن سعيد القطان
“Dan mereka yang paling tsabt pada Sa’iid adalah : Yaziid bin Zurai’, Khaalid bin Al-Haarits, dan Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan.”
Lihat Al-Mukhtalithiin hal. 43 berikut ta’liiq dari muhaqqiq kitab.
[4] Tafsiir Ibni Abi Haatim no. 670, dengan sanad yang lemah. Ibnu Abi Najiih tidak mendengar tafsir dari Mujaahid. Yahyaa Al-Qaththaan berkata :
لم يسمع بن أبي نجيح من مجاهد التفسير كله يدور على القاسم بن أبي بزة
“Ibnu Abi Najiih tidak mendengar tafsir dari Mujaahid, semua riwayatnya bersumber pada Al-Qaasim bin Abi Bazah.” (Taariikhul Kabiir 5/233)
[5] Tafsiir Ibni Abi Haatim no. 672, dengan sanad yang lemah. Ibnu Abi Najiih tidak mendengar tafsir dari Mujaahid sebagaimana telah lalu penjelasannya.
* * * * *
Sumber muhandisun.wordpress.com
»»  READMORE...